Saturday, September 12, 2015

Al-Hikam Dan Terjamahannya Dari Hikmah 129-145

Tidak Ada Yang Bisa Mempercepat Tibanya Pemberian, Selain Rasa Rendah dan Membutuhkan-Nya

129/117

  ما طَلَبَ لكَ شَيْءٌ مِثْلُ الاضْطِرارِ، وَلا أَسْرَعَ بِالمَواهِبِ إلَيْكَ مِثْلُ الذِّلَّةِ والافْتِقارِ.

Tidak ada yang menyegerakan (terkabulnya doa) kecuali saat terdesak, dan tidak ada yang bisa mempercepat tibanya pemberian Allah kepadamu kecuali rasa rendah diri serta sikap membutuhkan

Allah yang Membuatmu Sampai Kepada-Nya

130/118

   لَوْ أَنَّكَ لا تَصِلُ إليهِ إلّا بَعْدَ فَنَاءِ مَسَاويكَ وَمَحْوِ دَعاويكَ لَمْ تَصِلْ إلَيْهِ أَبَداً. وَلكِنْ إذا أرادَ أَنْ يُوصِلَكَ إلَيْهِ سَتَرَ وَصْفَكَ بِوَصْفِهِ، وَغَطّى نَعْتَكَ بِنَعْتِهِ، فَوَصَلَكَ إلَيْهِ بِما مِنْهُ إلَيْكَ لا بِما مِنْكَ إلَيْهِ.

Jika engkau tidak sampai kepada-Nya kecuali setelah lenyap semua keburukanmu dan sirna semua hasrat (dunia)mu, maka engkau selamanya tidak akan sampai kepada-Nya. Akan tetapi, jika Dia menghendakimu sampai kepada-Nya, maka dia akan menutupi sifatmu dengan sifat-Nya, watakmu dengan watak-Nya. Dia membuatmu sampai kepada-Nya dengan kebaikan yang diberikan-Nya kepadamu, bukan dengan kebaikan yang engkau berikan kepada-Nya.

Tutup yang Indah dari Allah

131/119

   لولا جَميلُ سَترِهِ لَمْ يَكُنْ عَمَلٌ أهْلاً لْلْقَبولِ.

Kalaulah bukan karena keindahan tutup-Nya, maka tentulah tiada amal yang layang untuk ditterima

Hamba Lebih Butuh Kemurahan-Nya Kala Menaati-Nya

132/120

أنْتَ إلى حِلْمِهِ إذا أَطَعْتَهُ أَحْوَجُ مِنْكَ إلى حِلْمِهِ إذا عَصَيْتَهُ.

Engkau lebih membutuhkan kemurahan-Nya kala engkau menaati-Nya, ketimbang saat berbuat maksiat kepada-Nya

Tutup dari Maksiat dan Tutup dalam Maksiat

133/121

 السَّتْرُ عَلى قِسْمَيْنِ: سترٌ عَنِ المَعْصِيَةِ، وَسَتْرٌ فيها. فَالعامَّةُ يَطْلُبُونَ مِنَ اللهِ السَّتْرَ فيها خَشْيَةَ سُقوطِ مَرْتَبَتِهِمْ عِنْدَ الخَلْقِ، وَالخاصَّةُ يَطْلُبونَ مِنَ اللهِ السَّتْرَ عَنْها خَشْيَةَ سُقوِطِهِمْ مِنْ نَظَرِ المَلِكِ الحَقِّ.

Tutup Allah itu terbagi dua, yaitu tutup dari (melakukan) maksiat dan tutup dalam maksiat. Orang awam meminta kepada Allah agar ditutupi dalam berbuat maksiat, karena khawatir jatuh kedudukannya dalam pandangan manusia. Namun orang khawaas (khusus) meminta kepada Allah agar ditutupi dari berbuat maksiat, karena khawatir jatuh kedudukannya dalam pandangan Sang Penguasa (Allah)

Memuliakan Indahnya Tutup Allah pada Dirimu

134/122

 مَنْ أَكْرَمَكَ إنَّما أَكْرَمَ فِيْكَ جَميلَ سَتْرِهِ. فَالحَمْدُ لِمَنْ سَتَرَكَ، لَيْسَ الحَمْدُ لِمَنْ أَكْرَمَكَ وَشَكَرَكَ.

Siapa yang memuliakanmu, maka sebenarnya memuliakan indahnya penutup yang Allah selipkan pada dirimu. Karena itu, pujian bagi Allah yang menutupimu, bukan bagi orang yang telah memuliakan dan bertrimakasih kepadamu

Sahabat adalah Orang yang Teteap Menerimamu, Meski Ia Tahu Kejelekanmu

135/123

   ما صَحِبَكَ إلا مَنْ صَحِبَكَ وَهُوَ بِعَيْبِكَ عَليمٌ، وَلَيْسَ ذلِكَ إلّا مَوْلاكَ الكَريم. خَيْرُ مَنْ تَصْحَبُ مَنْ يَطْلُبُكَ لَكَ لا لِشَيْءٍ يَعودُ مِنْكَ إليهِ.

Tidak ada teman sejati kecuali seseorang yang menemanimu adalah orang yang tahu tentang aibmu, namun orang yang seperti itu tidak akan pernah ada kecuali tuhanmu yang pemurah. Sebaik-baik yang menemanimu adalah orang yang tidak mengharapkan imbalan apapun darimu

Ketika Akhirat Lebih Dekat daripada Jalan Menujunya

136/124

 لَوْ أَشْرَقَ لَكَ نورُ اليَقينِ لَرَأيتَ الآخِرَةَ أَقْرَبَ إلَيْكَ مِنْ أنْ تَرْحَلَ إلَيْها، وَلَرَأيْتَ مَحاسِنَ الدُّنْيا قَدْ ظَهَرَتْ كِسْفَةُ الفَناءِ عَلَيْها.

Seandainya cahaya keyakinan menerangimu, niscaya engkau dapat melihat akhirat itu lebih dekat padamu ketimbang engkau berjalan menujunya. Dan engkau pun melihat keindahan dunia telah ditutupi gerhana kefanaan yang suram

Penghalang Kita dengan Allah

137/125

  ما حَجَبكَ عَنْ اللهِ وُجودُ مَوجودٍ مَعَهُ، إذْ لا شَيْءَ مَعَهُ، وَلَكِنْ حَجَبَكَ عَنْهُ تَوَهُّمُ مَوجودٍ مَعَهُ.

Keberadaan benda tidaklah menghalangimu dari Allah, yang membuatmu terhalangi dari-Nya adalah ilusimu bahwa ada yang lain di samping-Nya

138/125b

   لَوْلا ظُهورُهُ في المُكَوَّناتِ ما وَقَعَ عَلَيْها وُجودُ إبصارٍ. وَلَوْ ظَهَرَتْ صِفاتُهُ اضْمَحَلَّتْ مُكَوَّناتُهُ.

Seandainya Allah tidak menampakkan kekuasaan-Nya pada benda-benda alam semesta, maka penglihatan mata tidak akan menangkap mereka. Dan apabila sifat-sifat-Nya itu tampak, maka lenyaplah alam semesta ciptaan-Nya

Dia-lah yang Batin dan yang Zahir

139/126

  أظْهَرَ كُلَّ شَيْءٍ لِأنَّهُ الباطِنُ، وَطوى وُجودَ كُلِّ شَيْءٍ لِأنَّهُ الظّاهِرُ.

Allah menampakkan segala sesuatu, karena Dialah yang batin. Dan Allah menyembunyikan wujud segala sesuatu, karena Dialah yang zahir

Perbaikan Alam Semesta

140/127

أباحَ لَكَ أنْ تَنْظُرَ ما في المُكَوَّناتِ، وَما أذِنَ لَكَ أنْ تَقِفَ مَعَ ذَواتِ المُكَوَّناتِ؛ قال {انْظُرُوا مَاذَا فِي السَّمَاوَاتِ} وَلَمْ يَقُلْ: انظروا السَّمواتِ والأَرْض. قال انْظُروا ماذا فيها، فَتَحَ لَكَ بابَ الإفْهامِ. وَلَمْ يَقُلْ انُظروا السَّمواتِ لِئَلّا يَدُلَّكَ عَلى وُجودِ الأجرامِ.

Allah mengizinkanmu melihat apa saja yang ada di alam semesta, namun Dia tidak mengizinkanmu untuk berhenti hanya pada melihat benda-benda alam itu.Katakanlah: perhatikan apa yang ada di langit di bumi? Yunus : 101 Dia membukakan pintu pengertian bagimu. Dia tidak mengatakan, ‘perhatikanlah langit itu!’ supaya tidak menunjukanmu pada adanya benda-benda semata

Ada dan Musnahnya Alam

141/128

   الأكوانُ ثابِتَةٌ بإثباتِهِ وَمَمْحُوَّةٌ بأحَديَّةِ ذاتِهِ.

Alam ini ada karena ketetapan Allah, namun ia akan musnah oleh Keesaan Zat-Nya.

Ketika Menerima Pujian Manusia

142/129

النّاسُ يَمْدَحونَكَ لِما يَظُنُّونَهُ فيكَ، فَكُنْ أنْتَ ذاماً لنَفسِكَ لِما تَعْلَمُهُ مِنها.

Orang-orang memujimu karena apa yang mereka sangka ada pada dirimu. Maka celalah dirimu karena apa yang engkau ketahui ada pada dirimu

143/129b

المؤمِنُ إذا مُدِحَ اسْتَحْيا مِنَ اللهِ تَعالى أنْ يُثْنى عَلَيْهِ بِوَصْفٍ لا يَشْهَدُهُ مِنْ نَفْسِهِ.

Ketika seorang mukmin dipuji, maka seharusnya ia merasa malu kepada Allah, karena ia dipuji dengan sifat yang tidak ia dapati dalam dirinya

144/129c

أجْهَلُ النّاسِ مَنْ تَرَكَ يَقينَ ما عِنْدَهُ لِظَنِّ ما عِنْدَ النّاسِ.

Sebodoh-bodoh manusia adalah orang yang meninggalkan keyakinannya sendiri, karena mengikuti dugan orang lain

145/129d

    إذا أطْلَقَ الثَناءَ عَلَيْكَ وَلَسْتَ بأَهْلٍ، فَأثْنِ عَلَيْهِ بِما هُوَ لَهُ أهْلٌ.

Apabila Allah membiarkan suatu pujian diberikan kepadamu, padahal engkau tidak layak mendapatkannya, maka pujilah Allah karena Dialah yang lebih berhak atas pujian tersebut

Al-Hikam Dan Terjamahannya Dari Hikmah 111-128 (101 - 116)


111/101

  لَيْسَ كُلُّ مَنْ ثَبَتَ تَخْصيصُهُ كَمُلَ تَخْليصُهُ.

Tidak setiap orang yang memperoleh keistimewaan sepenuhnya terbebas (dari penyakit-penyakit jiwa)


112/102

لا يَسْتَحْقِرُ الوِرْدَ إلا جَهولٌ. الوارِدُ يُوْجَدُ في الدّارِ الآخِرَةِ، وَالوِرْدُ يَنطَوي بانْطِواءِ هذِهِ الدّارِ. وأَوْلى ما يُعْتَنى بِهِ: ما لا يُخْلَفُ وُجودُه. الوِرْدُ هُوَ طالِبُهُ مِنْكَ، وَالوارِدُ أنْتَ تَطْلُبُهُ مِنْهُ. وَأيْنَ ما هُوَ طالِبُهُ مِنْكَ مِمّا هُوَ مَطْلَبُكَ مِنْهُ؟!

Hanya orang bodoh yang menganggap rendah (menggampangkan) wirid. Warid (karunia Allah) akan berkelanjutan sampai di akhirat, sementara wirid akan habis seiring dengan lenyapnya dunia ini. Dan yang paling baik untuk ditekuni adalah sesuatu yang tidak dapat diganti wujudnya. Wirid adalah apa yang Allah minta darimu, sedangkan warid adalah apa yang engkau minta dari-Nya. Lalu, dimanakah letak apa yang Allah minta darimu dengan apa yang engkau minta dari-Nya?


113/103

 وُرودُ الإمْدادِ بِحَسَبِ الاسْتِعْدادِ. وَشُروقُ الأنْوارِ عَلى حَسَبِ صَفاءِ الأسْرارِ.

Datangnya pertolongan Allah adalah sesuai dengan persiapan, sedangkan turunnya cahaya Allah adalah sesuai dengan kejernihan relung hati


114/104

  الغافِلُ إذا أَصْبَحَ يَنْظُرُ ماذا يَفْعَلُ، وَالعاقِلُ يَنْظُرُ ماذا يَفْعَلُ اللهُ بِهِ.

Orang yang lalai, melalui harinya dengan memikirkan apa yang harus ia lakukan. Sedangkan orang yang mau menggunakan akalnya, akan merenungkan apa yang dilakukan Allah terhadap dirinya.


115/105

 إنَّما يَسْتَوْحَشُ العُبّادُ وَالزُّهّادُ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ لِغَيْبَتِهِمْ عَنِ اللهِ في كُلِّ شَيْءٍ. فَلَوْ شَهِدوهُ في كُلِّ شَيْءٍ لَمْ يَسْتَوْحِشوا مِنْ شَيْءٍ .

Sesungguhnya yang merisaukan para ‘abad dan para zahid hanyalah karena mereka belum melihat Allah dalam segala sesuatu. Kalau mereka telah melihat-Nya dalam segala sesuatu, maka mereka tidak akan merasa risau dalam semua hal.


116/106

  أَمَرَكَ في هذِهِ الدّارِ بِالنَّظَرِ في مُكَوَّناتِهِ، وَسَيَكْشِفْ لَكَ في تِلَكَ الدّارِ عَنْ كَمالِ ذاتِهِ.

Allah menyuruhmu di dunia ini untuk memperhatikan alam ciptaan-Nya, dan kelak di akhirat Dia akan memperlihatkan kepadamu akan kesempurnaan Zat-Nya


117/106b

عَلِمَ مِنْكَ أنَّكَ لا تَصْبِرُ عَنْهُ فأَشهَدَكَ ما بَرَزَ مِنْهُ.

Allah tahu bahwa engkau tidak akan bersabar untuk melihat-Nya, maka Allah memperlihatkan kepadamu apa yang berasal dari-Nya


118/107

  لمّا عَلِمَ الحَقُّ مِنْكَ وُجودَ المَلَلِ، لَوَّنَ لَكَ الطّاعاتِ. وًعَلِمَ ما فيكَ مِنْ وُجودِ الشَّرَهِ فَحَجَرَها عَلَيْكَ في بَعْضِ الأوْقاتِ، لِيَكونَ هَمُّكَ إقامَةَ الصَّلاةِ لا وُجودَ الصَّلاةِ، فَما كُلُّ مُصَلٍّ مُقيمٌ.

Karena Al-Hak (Allah) tahu bahwa engkau mudah merasa jenuh, maka Dia menciptakan beraneka wujud ketaatan (ibadah) bagimu. Allah tahu bahwa engkau pun memiliki sifat serakah. Maka Dia membatasinya (ketaatan) pada waktu-waktu tertentu, agar perhatianmu tertuju pada kesempurnaan shalat, bukan pada adanya perintah shalat. Karena, tidak semua orang yang melakukan shalat dapat menyempurnakan shalatnya


119/108

  الصَّلاةُ طُهْرَةٌ لِلْقُلوبِ مِنْ أَدْناسِ الذُّنوبِ، واسْتِفْتاحٌ لِبابِ الغُيوبِ.

Shalat merupakan penyucian hati dari kotoran dosa dan pembuka pintu kegaiban


120/108b

 الصَّلاةُ مَحَلُّ المُناجاةِ ومَعْدِنُ المُصافاةِ؛ تَتَّسِعُ فيها مَيادينُ الأسْرارِ، وَتُشْرِقُ فيها شَوارِقُ الأنْوارِ. عَلِمَ وُجودَ الضَّعْفِ مِنْكَ فَقَلَّلَ أعْدادَها. وَعَلِمَ احْتِياجَكَ إلى فَضْلِهِ فكَثَّرَ أَمدادها.

Shalat merupakan sarana bermunajat serta sumber penyucian hati. Di dalam shalat terbentang luas medan rahasia Allah, dan muncul darinya kalau cahaya-Nya. Allah tahu kelemahan dalam dirimu, maka Dia menyederhanakan jumlah shalatmu. Allah pun mengetahui kebutuhan pada anugrah-Nya, maka Dia melipatgandakan pahalanya (phala shalat).


121/109

  مَتى طَلَبْتَ عِوَضاً عَلى عَمَلٍ، طولِبْتَ بِوجودِ الصِّدْقِ فيهِ. وَيكْفي المُريبَ وِجْدانُ السَّلامَةِ.

Apabila engkau menuntut balasan (imbalan) atas suatu amal ibadah, maka pasti engkau pun akan dituntut untuk tulus dalam melakukannya. Dan bagi yang merasa belum sempurna, cukuplah apabila ia telah selamat dari tuntutan

Jangan Menuntut Balasan atas Alam yang Tidak Engkau Lakukan

122/110

 لا تَطْلُبْ عِوَضاً عَلى عَمَلٍ لَسْتَ لَهُ فاعِلاً. يَكْفي مِنَ الجَزاءِ لَكَ عَلى العَمَلِ أنْ كانَ لَهُ قابِلاً.

Jangan menuntut balasan (imbalan) atas suatu amal yang pelakunya bukan dirimu sendiri. Cukuplah balasan Allah bagimu, apabia Dia meneria amalan itu

Menciptakan Amal Bagimu

123/111

  إذا أرادَ أن يُظْهِرَ فَضْلَهُ عَلَيْكَ خَلَقَ وَنَسَبَ إلَيْكَ.

Jika Allah hendak menunjukan karunia-Nya kepadamu, maka Dia menciptakan sesuatu amal itu menjadi amalmu

Batas Kebaikan dan Keburukan

 124/112

لا نِهايةَ لِمَذامِّكَ إنْ أَرْجَعَكَ إلَيْكَ، وَلا تَفْرُغُ مَدائِحُكَ إنْ أَظْهَرَ جُودَه عَلَيْكَ.

Tak ada batas akhir keburukan itu, jika Allah mengembalikanmu pada dirimu sendiri. Dan takan habis kebaikanmu, jika Allah memperlihatkan kemurahan-Nya kepadamu

Bergantung pada Sifat Rububiyah Allah

125/113

 كُنْ بِأوْصافِ رُبوبِيَّتِهِ مُتَعَلِّقاً وَبِأوْصافِ عُبودِيَّتِكَ مُتَحَقِّقاً.

Bergantunglah pada sifat-sifar Rububiyyah (ketuhanan) Allah, laksana sungguh-sungguh sifat-sifat penghambaanmu (ubudiyyah).

Allah Melarang Hamba Mengklaim Sifat-Sifat-Nya

126/114

   مَنَعَكَ أنْ تَدَّعِيَ ما لَيْسَ لَكَ مِمّا لِلْمَخْلوقينَ، أَفَيُبيحُ لَكَ أنْ تَدَّعِيَ وَصْفَهُ، وَهُوَ رَبُّ العالمينَ؟!

Allah melarangmu mengklaim apa yang menjadi milik makhluk lain, lalu apa mungkin Dia mengizinkanmu mengklaim sifat-sifat-Nya, padahal Dia Rabb semesta alam

Agar Keajaiban Dapat Disingkapkan Bagimu

127/115

   كَيْفَ تُخْرَقُ لَكَ العَوائِدُ؟ وَأنْتَ لَمْ تَخْرِقْ مِنْ نَفْسِكَ العَوائِدَ.

Bagaimana keajaiban dapat disingkapkan bagimu, sementara engkau belum mengubah kebiasaan dirimu (yang buruk)

Bukanlah Permohonan yang Terpenting, Melainkan Pemberian-Nya

128/116

   ما الشَّأْنُ وُجودُ الطَّلَبِ، إنَّما الشَّأْنُ أنْ تُرْزَقَ حُسْنَ الأَدَبِ.

Yang terpenting bukanlah adanya permintaan (doa) melainkan bahwa engkau dikarunia adab yang baik

Monday, September 7, 2015

Sambal Petai


Bahan-bahan :

  • 1/2 kg udang, 5 batang petai

Bumbu :

  • 10 biji bawang merah
  • 3 siung bawang putih
  • minyak goreng
  • 1 ons cabe besar dan kecil
  • gula merah
  • asam
  • garam.

Cara Membuat :

  • Petai dikupas tidak dipotong. Udang dikuliti.
  • Bawang merah, cabe besar dan kecil, gula merah dan garam ditumbuk halus dan terus ditumis.
  • Jika sudah kuning, masukkan petai, udang, asam, beri sedikit air agar petainya agak empuk.
  • Bila sudah sat dan matang, angkatlah segera bisa dihidangkan.